ANTIKONVULSI
Antikonvulsi
atau antikejang adalah senyawa yang
secara selektif dapat menekan system saraf pusat dan digunakan untuk mengontrol
dan mencegah serangan tiba-tiba dari epilepsy tanpa menimbulkan depresi
pernafasan. Epilepsy
adalah gejala kompleks yang dikarakterisasi oleh kambuhnya serangan hebat
disritmia otak disertai dengan gangguan atau hilangnya kesadaran dan
kadang-kadang disertai dengan pergerakan tubuh (kejang), biasanya waktunya
pendek dan terjadi pada organ tertentu. Obat antikejang pada pengobatan
epilepsy biasanya diberikan untuk seumur hidup (Siswandono, 2016).
Adapun
efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat antikejang ini ialah:
-
Kerusakan
sumsum tulang
-
Kerusakan hati
dan ginjal
-
Neuropati
-
Gangguan
saluran cerna
-
Alopesia
Mekanisme Kerja Antikejang
Menurut
(Waheed et al., 2016), berdasarkan mekanismenya
dibagi menjadi :
·
Mekanisme kerja
GABA-Glutamat dependent
è Dengan meningkatkan inhibisi GABA, GABA merupakan
neurotransmitter inhibisi dan glutamate merupakan neurotransmitter eksikatori. Dengan
meningkatkan aktivitas reseptor GABA-ergik maka akan dihasilkan banyak
neurotransmitter GABA yang dapat memberikan efek penyeimbangan terhadap efek
eksikatori dari glutamate. Contohnya Benzodiazepin, Gabapentin, Tiagabin.
·
Mekanisme kerja
mengurango kerja eksikatori glutamate
è Dengan cara memblokade reseptor NMDA dan AMPA yang
merupakan reseptor yang melepaskan neurotransmitter eksikatori utama yaitu glutamate.
Ketika reseptor diblokade maka konsentrasi glutamate akan menurun beserta
efeknya. Contohnya Fenobarbital, Felbamat dan Topiramat.
·
Mekanisme kerja
blockade kanal natrium atau kalsium
è Dengan memblokade kanal kalsium atau natrium yang
memicu depolarisasi. Dengan terhambatnya kanal Na+ maka tidak dapat
terjadi potensi aksi dan menurunkan serangan dan juga menunda aktifasi ion K+
keluar aksi potensial dapat menyebabkan kenaikan periode refractory dan
menurunnya cetusan ulangan. Contohnya Fenitoin, Karbamazepin.
·
Mekanisme kerja
blockade kanal kalsium tipe-T
è Kanal kalsium merupakan target dari beberapa obat
antiepilepsi. Thalamus berperan dalam pembentukan ritme sentakan yang
diperantarai oleh ion Ca2+ tipe T pada kejang absens sehingga
penghambatan kanal tsb akan mengurangi sentakan pada kejang absens. Contohnya etosuksimid.
Beberapa obat antikejang memiliki persamaan yang
menarik yaitu sama-sama mengandung struktur ureida, dapat dilihat dari tabel
berikut :
Macam-macam obat antikejang :
1.
Turunan Barbiturat
è Digunakan untuk mengontrol epilepsy, tetapi
efeknya kurang selektif, dan mekanismenya dalam mengurangi fungsi korteks motor
masih belum jelas. Contohnya yaitu :
a) Fenobarbital
- Masa kerja panjang
- Lebih efektif untuk mengobtrol serangan grand mal dibanding petit mal
- Dosis 50-100 mg 2-3 kali sehari
b) Metarbital
- Efektif untuk mengontrol serangan grand mal, petit mal, mioklonik
- Dosis 100 mg 1-3 kali sehari
c) Primidon (Mysoline)
- Efek antikejang lebih rendah dibanding
fenobarbital
- Toksisitas rendah
- Dapat menyebabkan toleransi
- Mengontrol serangan grand mal dan psikomotor
- Diabsorpsi ooleh saluran cerna dengan cepat
- Waktu paruh ± 10 jam
- Dosis 250-1500 mg/hari
- Struktunya ialah :
2.
Turunan Hidantoin
è Sangat efektif untuk mengontrol serangan grand mal dan parsial (psikomotor),
memiliki struktur sebagai berikut :
Contoh obatnya ialah
:
a) Fenitoin Na
- Sedative rendah
- Efektif mengontrol grand mal terutama bila dikombinasikan dengan fenobarbital.
- Mengontrol serangan kejang parsial
- Efek samping menimbulkan hyperplasia ginggivial
pada anak dan hiperaktive
- Waktu paruh dalam plasma ± 24 jam
- Pengkombinasian fenitoin dengan obat antiepilepsi
seperti asam valproate harus dikaji dan diperhatikan lebih khusus.
b) Etotoin
- Efek antikejang lebih rendah dibanding fenitoin
- Efek sedasi lebih besar
- Waktu paruh dalam plasma ± 3-11 jam
(Siswandono,2016)
3.
Turunan
Suksinimida
è Mempunyai aktivitas yang cukupan terhadap serangan
petit mal dan tidak efektif terhadap
serangan grand mal. Adapun struktur dari turunan suksinimida ialah
sebagai berikut :
Contoh obatnya adalah
:
a) Etoksuksimid
- Obat pilihan untuk pengobatan serangan petit mal dan juga serangan mioklonik
- Kadar darah tertinggi dicapai ± 3-7 jam
- Waktu paruh dalam plasma ± 3 jam
b) Metsuksimid
- Aktivitas antikejang yang tinggi
- Menimbulkan toksisitas lebih besar
- Absorpsi obat dalam saluran cerna lebih cepat
- Waktu paruh plasma ± 3 jam
(Siswandono, 2016).
REFERENSI :
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal 2 Edisi 2, Airlangga
University Press, Jakarta.
Waheed, A., S. Pathak., dan R.
Mirza. 2016. Epilepsy: A brief review. PharmaTutor.
4(9): 21-28.
MARI
BERDISKUSI J
1.
Kenapa obat
antikejang pada pengobatan epilepsi diberikan seumur hidup?
2.
Bagaimana cara
kerja obat Fenitoin?
3.
Bagaimana interaksi
obat fenitoin jika dikombinasikan dengan obat antikejang lainnya seperti asam valproate?
Hallo kak audrey, terimakasih informasi yang sangat bermanfaat.. saya akan membantu menjawab permasalahan nomor 1
BalasHapusPengobatan antikonvulsi dapat diberikan seumur hidup karena obat antikejang bersifat sinpatomati, dimana hanya meringankan gejalanya saja tetapi tidak menyembuhkan. Tetapi tidak semua obat antikejang pada epilepsi diberikan seumur hidup, tergantung jenis epilepsinya, jika 2 tahun sudah terbebas dari kejang dapat diberhentikan secara bertahap
Terima kasih audrey atas informasinya , disini saya akan mencoba menjawab permasalahan no. 3
BalasHapusMenurut pengetahuan saya penggunaan fenitoin dan asam valproat tidak boleh digunakan secara bersamaan, karena jika di gunakan secara bersamaan dapat meningkatkan kadar fenobarbital dan dapat memperparah efek sedasi yang dihasilkan
Hay Audrey, terimakasih informasinya sangat bermanfaat. Disini saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 2.
BalasHapusCara kerja dari obat fenitoin yaitu dengan menghambat impuls atau rangsangan pada otak yang menyebabkan kejang dan juga membantu menjaga kerja sel saraf (neuron) yang ada didalam otak yang bekerja aktif selama mengalami kejang