PEMBUATAN SIMPLISIA KULIT DURIAN (Durio zibethinus Sp.)

 

PEMBUATAN SIMPLISIA KULIT DURIAN (Durio zibethinus Sp.)

 

 

      

 Nama                          : Audrey Dhinda Lara

       NIM                             : F1F117013

       Kelompok                    : I (Satu)

       

 

 

LABORATORIUM AGROINDUSTRI DAN TANAMAN OBAT

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020

 

PRAKTIKUM I

PEMBUATAN SIMPLISIA KULIT DURIAN (Durio zibethinus Sp.)

I.     Tujuan

  1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan dan pengolahan kulit durian (Durio zibethinus L.) menjadi simplisia.

II.    Landasan Teori

Simplisia adalah bentuk sajian tanaman obat yang belum tercampur dan belum diolah. Namun, wujudnya sudah dalam keadaan bersih dan ttelah dikeringkan. Selain itu, bentuk seperti ini telah siap direbus sesuai dengan kebutuhan. Bentuk simplisia lebih banyak digunakan dalam pengobatan dibandingkan dengan bentuk tanaman obat yang segar atau kering. Hasil pengobatan menggunakan simplisia berkhasiat obat ini tampak lambat. Namun sebenarnya simplisia ini sedang merekonstruksi atau membangun jaringan tubuh yang rusak menjadi normal kembali (Utami, 2003).

Menurut Depkes RI (1983), simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami pengolahan apapun dan telah dikeringka. Simplisia terdiri dari tiga macam yaitu :

1.    Simplisia nabati adalah simplisia yang beruoa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman (isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya ataupun zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni).

2.    Simplisia hewani adalah simplisia yang merupakan hewan utuh, sebagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3.    Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican atau mineral yang belum diolah dengan cara yang sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia yang diperlukan agar dpat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut. Parameter mutu simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol. Sebagai data pelengkap, dilakukan oemeriksaan organoleptic, mikroskopis, makroskopis serta identifikasi senyawa kimia simplisia,. Pengetahuan tentang kandungan kimia suatu tumbuhan merupakan salah satu langkah awal pemahaman tumbuhan tersebut sebgai obat (Mayasari dan Laoli, 2018).

Menurut ITIS (2020), klasifikasi ilmiah tanaman durian ialah sebagai berikut :

·         Kingdom                      : Plantae

·         Subkingdom                : Viridiplantae

·         Infrakingdom               : Streptophyta

·         Superdivisi                  : Embryophyta

·         Divisi                           : Tracheophyta

·         Subdivisi                     : Spermatophytina

·         Kelas                           : Magnoliopsida

·         SuperOrdo                   : Rosanae

·         Ordo                            : Malvales

·         Famili                          : Malvaceae

·         Genus                          : Durio Adans.

·         Spesies                        : Durio zibenthinus Murray

Tanaman durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu jenis buah-buahan yang produksinya melimpah. Bagian buah durian yang dapat dimakan (presentase bobot daging buah) tergolong rendah (20,52%). Sisanya 79,48% merupakan bagian yang tidak termanfaatkan untuk dikonsumsi, seperti kulit dan biji durian. Kulit durian merupakan limbah rumah tangga yang dibuang sebagai sampah dan tidak memiliki nilai ekonomis. Sesungguhnya, kulit durian memiliki manfaat yang belum banyak ditelaah yaitu air rendamannya dapat menghilangkan aroma durian pada mulut dan tangan setelah mengkonsumsi buah ini. Sampai saat ini belum pernah dilaporkan apakah air rendamannya memiliki sifat antimikroba atau dalam aplikasinya sebagai sanitizer (Anggraeni dan Anam, 2016).

Salah satu potensi kulit durian adalah kandungan minyak atsiri yang tinggi. Minyak atsiri kulit durian mengandung senyawa metabolit sekunder berupa  flavonoid, saponin dan polifenol yang bersifat racun terhadap hama dan nyamuk sehingga dapat dimanfaatkan menjadi pestisida nabati yang ramah lingkungan. Namun sejauh ini, masyarakat belum mengetahui potensi ekonomis sampah kulit durian sebagai bahan baku biopestisida yang ramah lingkungan. Masyarakat juga belum mengetahui metode pengolahan limbah kulit durian menjadi biopestisida serta belum memiliki pengetahuan tentang aplikasi biopestisida kulit durian pada tanaman. Akibatnya, pada musim durian, sampah kulit durian dibiarkan menumpuk dan mengganggu kesehatan lingkungan serta menjadi sumber bau yang tidak sedap (Kusumaningtyas et al., 2017).

Gambar 1. Kulit Durian

Durian adalah buah asli Indonesia yang berada di peringkat ke-4 buah nasional dengan produksi tidak merata yaitu sekitar 700.000 ton per tahun. Umumnya, paling banyak dikonsumsi adalah dagingnya, sementara individu lain akan mengolah biji durian menjadi produk pangan tertentu sebelum dikonsumsi, yang pada akhirnya menyisakan kulit durian sebagai limbah yang dapat menimbulkan masalah lingkungan jika dibiarkan begitu saja tanpa ada pengolahan leboh lanjut. Sejumlah bukti empiris menunjukan beberapa bagian tanaman durian secara alami mampu memberikan efek positif pada kesehatan. Bagian tersebut seperti daun dan akan yang digunakan sebagai antipiretik, kulit kayu yang bermanfaat sebagai pelancar haid, dan kulit buah durian yang dapat digunakan untuk pelancar haid dan penggugur kandungan. Secara tradisional, bagian cekungan dari kulit durian yang berwarna putij tempat melekatnya daging buah durian sering digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah setelah mengkonsumsi durian dalam jumlah banyak dengan menggenanhkan air di cekungan tersebut lalu diminum (Pratiwi et al., 2019).

 

III.  Alat dan Bahan

A.    Alat

1.    Botol Kaca

2.    Blender/Grinder

3.    Gunting/Pisau

4.    Nampan Plastik

5.    Oven

6.    Timbangan Digital

B.    Bahan

1.    Air

2.    Kulit durian (Durio zibethinus L.)

IV.  Prosedur Kerja

  1. Pembuatan Simplisia Kulit Buah Durian

X gram kulit buah durian segar


disortasi basah

dicuci

dirajang

dikeringkan

disortasi kering

digiling menggunakan blender

disimpan

 

Serbuk simplisia kulit buah durian


V.    Hasil dan Pembahasan

Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan mengenai pembuatan simplisia kulit durian. Simplisia adalah bahan alam yang memiliki aktifitas farmakologi yang belum dilakukan proses apapun kecuali dikeringkan. Seperti menurut Suharmiati (2003), menyatakan bahwa simplisia adalah bentuk sajian tanaman obat yang belum tercampur dan belum diolah. Namun, wujudnya sudah dalam keadaan bersih dan telah dikeringkan.  Yang diolah menjadi simplisia dapat berupa simplisia nabati, hewani ataupun pelican/ mineral.  Tujuan dari pembuatan simplisia ini adalah untuk nantinya membuat tanaman tersebut dibuat menjadi ekstrak yang dapat diuji dan menjadi alternatif pengobatan yang lain.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan dan kegunannya, simplisia haruslah memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

1.    Bahan baku simplisia

2.    Proses pembuatan simplisia (cara penyimpanan bahan baku)

3.    Cara penyimpanan simplisia

Pada pembuatan simplisia ini terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan simplisia yang bagus . adapun sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah kulit durian. Kulit durian atau yang memiliki nama latin Durio zibethinus Murr. ini jarang dimanfaatkan oleh masyarakat karena ketidaktahuan masyarakat mengenai manfaat yang dapat dihasilkan oleh kulit durian ini. Dalam kenyataannya kulit durian masih dianggap sampah oleh kebanyakan masyarakat sehingga tidak dimanfaatkan dengan baik dan hanya menjadi sampah yang dapat menyebabkan polusi udara karena mengeluarkan bau busuk. Seperti menurut Kusumaningtyas (2017), Salah satu potensi kulit durian adalah kandungan minyak atsiri yang tinggi. Minyak atsiri kulit durian mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan polifenol yang bersifat racun terhadap hama dan nyamuk sehingga dapat dimanfaatkan menjadi pestisida nabati yang ramah lingkungan.  Setyowati (2013), juga mengatakan bahwa  Durian merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder. Kulit buah durian mengandung fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin. Hal ini menunjukkan ekstrak kulit buah durian dapat dimanfaatkan sebagai antijamur. Dan masih banyak lagi aktivitas farmakologi yang dimiliki oleh kulit durian ini.

Berdasarkan hal tersebut maka dibuatlah simplisia kulit durian pada percobaan ini. Bagian kulit durian yang akan dibuat simplisia ialah bagian yang berwarna putih pada bagian dalam kulit durian. Pembuatan simplisia diawali dengan pemanenan atau pengumpulan sampel. Dalam hal ini sampel yang digunakan ialah kulit durian yang dibeli di satu tempat untuk menghindari hasil yang berbeda. Kemudian dilakukan sortasi basah, ini dilakukan untuk memilih atau membuang bahan lain yang tidak berguna atau berbahaya. Sebelum dilakukan pencucian, dilakukan pemisahan bagian putih kulit durian dari bagian berdurinya dengan menggunakan pisau yang tajam. Setelah itu dilakukanlah pencucian, pencucian dilakukan agar bahan yang akan dijadikan simplisia bersih dan bebas dari kotoran. Pada saat pencucian ini kulit durian mengeluarkan lendir.

Kemudian dilakukanlah perajangan , dalam hal ini digunakan alat yang sesuai yaitu seperti gunting maupun pisau. Perajangan dilakukan untuk mempermudah dalam proses pengeringan, pengepakan maupun penyerbukan. Setelah itu barulah dilakukan pengeringan. Menurut Suharmiati (2003), tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatis bisa mencegah penurunan mutu simplisia atau kerusakan simplisia.  Pengeringan yang dilakukan dipercobaan ini menggunakan pengeringan konvensional atau alamiah yaitu dengan diangin-anginkan. Menurut Ningsih (2016), pengeringan alamiah juga dapat dilakukan dengan cara diangin-anginkan untuk bahan tanaman yang lunak seperti bunga, daun dan bagian tanaman yang mengandung senyawa aktif yang mudah menguap. Kemudian dilakukanlah sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing yang masih tercampur dengan simplisia yang telah dikeringkan.

Adapun data yang didapatkan pada pembuatan simplisia kulit durian ini ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1.

Data Kegiatan

Hasil

Bagian yang digunakan

Kulit buah

Bobot bahan alam segar

560 gram

Bobot setelah pencucian

600 gram

Perajangan

     Ketebalan bahan alam

0,5-1 cm

Pengeringan

     Bobot setelah dikeringkan

90 gram

     Suhu pengeringan

25-30°C (Suhu ruangan)

     Lama pengeringan

5 hari

Pulverisasi

     Ukuran pulverisasi (serbuk)

x mesh

     Bobot setelah pulverisasi

- gr

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rendemen yang didapatkan pada pembuatan simplisia ini ialah sebesar 16,07 %. Setelah dilakukan pengeringan tersebut terjadi perubahan pada warna simplisia kulit durian tersebut. Saat belum dikeringkan warna kulit durian berupa warna putih kekuningan , setelah dilakukan pengeringan dengan metode pengeringan alamiah lebih tepatnya hanya diangin-anginkan saja, kulit durian tersebut berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Terjadi penyusutan bobot dan bentuk kulit durian juga dikarenakan pengurangan kadar air yang terdapat pada kulit durian tersebut. Adapun suhu yang digunakan pada proses pengeringan ini ialah 20-30°C yang merupakan suhu ruangan.

Untuk simplisia yang telah jadi tersebut perlu diperhatikan cara penyimpanannya, dikarenakan cara penyimpanan dapat mempengaruhi kualitas atau mutu dari simplisia tersebut. Seperti menurut Agoes (2007), bahwa suhu penyimpanan yang baik untuk simplisia adalah pada suhu kamar yaitu berkisar di suhu 15-30° C. Untuk simplisia yang membutuhkan suhu sejuk dapat di simpan pada suhu 5-15° C atau simplisia yang pperlu disimpan pada suhu dingin yaitu pada suhu 0-5° C.

Pada percobaan ini seharusnya dilakukan juga proses penyerbukan simplisia dikarenakan keterbatasan alat yang ada. Seharusnya perlu dilakukan penyerbukan jika simplisia ini akan di ekstrak dan di uji. Dikarenakan proses penyerbukan akan mempengaruhi hasil ekstraksi. Ekstraksi pada simplisia akan lebih baik bila permukaan simplisia yang bersentuhan dengan pelarut makin luas. Dengan demikian maka semakin halus serbuk simplisia maka semakin baik proses penyariannya.

Simplisia yang baik harus memenuhi persyaratan umum yang berlaku, seperti menurus Suharmiati (2003), bahwa simplisia harus memenuhi persyaratan umum seperti kadar air yang tepat, tidak berjamur, tidak mengandung lendir, tidak berubah warna dan berubah bau, serta tidak terserang serangga. Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu jika memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku yang bersangkutan. Simplisia dikatakan tidak memenuhi syarat jika misalnya kekeringannya kurang, dituumbuhi kapang atau jamur, mengandung lendir, berubah warna atau baunya dan ada serangga atau termakan serangga.

Setelah dilakukan proses pembuatan simplisia ini, simplisia  kulit durian ini dapat di gunakan dalam proses ekstraksi yang sesuai dengan menggunakan metode dan pelarut yang pas digunakan pada simplisia tersebut, melihat banyak potensi yang dapat dijadikan alternative obat yang berasal dari senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam kulit durian ini.

VI.  Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada praktikum ini mengenai pembuatan simplisia kulit durian dapat disimpulkan bahwa :

  1.    Pembuatan simplisia kulit durian diawali dengan pengumpulan sampel yang kemudian dipisahkan bagian yang akan dijadikan simplisia yaitu bagian berwarna putih dari kulit durian dengan menggunakan pisau, setelah itu dilakukan pencucian dengan menggunakan air mengalir dan dilakukan perajangan untuk memperkecil ukuran simplisia. Kemudian dikalakukanlah proses pengeringan menggunakan metode pengeringan alamiah yaitu diangin-anginkan pada suhu kamar berkisar 25-30°C yang dilakukan selama 5 hari. Dan menghasilkan rendemen sebesar 16,07 %.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. ITB Press, Bandung.

Anggraeni, E. V dan K. Anam. 2016. Identifikasi Kandungan Kimia dan Uji Aktivitas Antimikroba Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 19(3):87-93.

Depkes RI. 1983. Pemanfaatan Tanaman Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Integrated Taxonomic Information System. 2020. ITIS Report : Durio zibethinus Murr. Diakses 25 Februari 2020 dari ITIS Report Taxonomic Serial No.:506099:https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TNS&search_value=506099#null

Kusumaningtyas, R. D., H. Suyitno., R. Wulansarie. 2017. Pengolahan Limbah Kulit Durian di Wilayah Gunungpati menjadi Biopestisida yang Ramah Lingkungan. Jurnal Rekayasa. 15(1):38-43.

Mayasari, U dan M. T. Laoli. 2018. Karakterisasi Simplisia dan Skirining Fitokimia Daun Jeruk Lemon. KLOROFIL. 2(1):7-13.

Ningsih, I. Y. 2016. Penanganan Pasca Panen. UNJ Press, Jember.

Pratiwi, M. M., R. Kawuri., I. P. G. Ardhana. 2019. Potensi Antibakteri Limbah Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.) terhadap Propionibacterium acnes penyebab Jerawat.  Jurnal Biologi Udayana. 23(1):8-15.

Setyowati, H., H. Z. Hanifah., R. P. Nugraheni. 2013. Krim Kulit Buah Durian (Durio zibethinus L.) sebagai Obat Herbal Pengobatan Infeksi Jamur Candidia Albicans. STIFAR Semarang, Semarang.

Suharmiati. 2003. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda : Sepelansing & peluruh kolesterol. AgroMedia, Jakarta.

Utami, P. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Melitus (Sehat dengan Ramuan Tradisional). AgroMedia, Jakarta.

Komentar